LEGENDA KEDUNGBENDA


            Di Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, terdapat sebuah desa yang bernama Kedungbenda.  Desa ini terletak di sebelah barat Kali Kliwang.  Berdasarkan cerita masyarakat, desa tersebut dinamakan Kedungbenda karena masyarakatnya memiliki banyak bendha/bandha (harta).  Di desa itu juga terdapat sungai keramat, yaitu Kali Bungul.  Konon air sungai itu adalah tetesan air para dewa.  Tidak seorangpun boleh menggunakannya.  Jika mandi di sungai itu pasti akan gatal-gatal.  Warga desa masih mengikuti larangan untuk menggunakan air sungai itu.  Dukuh di timur sungai itupun diberi nama Dukuh Larangan.
            Diceritakan bahwa di Dukuh Larangan, Desa Kedungbenda terdapat seorang yang kaya raya.  Ia adalah Satirta.  Satirta adalah orang yang paling kaya di desa itu.  Suatu ketika, ada seseorang yang berniat hendak mencuri di rumah Satirta.  Jaka Lelana namanya.  Berhari-hari Jaka Lelana menyamar sebagai seorang pencari rumput atau menjadi pengemis untuk mengintai rumah Satirta.
            Beberapa hari kemudian, datanglah seoarang penyebar agama Islam di desa itu.  Namanya adalah Suka Sabda (orang yang suka member wejangan).  Dia memiliki kelebihan yaitu tahu kejadian yang akan terjadi.  Diapun tahu bahwa ada orang ayng hendak berbuat jahat di rumah Satirta.  Saat itu juga, Suka Sabda mendatangi rumah Satirta.  Suka Sabda bertamu ke rumah Satirta denagn maksud hendak berdakwah dan menumpang menginap.  Padahal, pada malam itu juga Jaka Lelana hendak mencuri di rumah Satirta.  Lama ditunggu, Suka sabda dan Satirta tidak tidur juga.  Hingga menjelang pagi, Suka Sabda masih memberikan wejangan pada Satirta.  Hal itu juga dimaksudkan untuk menggagalkan niat jahat Jaka Lelana.  Jaka Lelanapun tidak berhasil membawa apapun dari rumah Satirta.
            Suka Sabda kemudian memberi tahu satirta akan niat jahat Jaka Lelana pada malam itu.  Satirtapun berterima kasih pada Suka Sabda yang telah membantunya menggagalkan kejahatan Jaka Lelana.  Satirta juga meminta maaf atas pikiran buruknya terhadap Suka Sabda karena ia adalah tamu yang belum Satirta kenal sebelumnya. Dari kejauhan, Jaka Lelana mendengar perbincangan kedua orang tadi. Jaka Lelanapun geram.  Dia berniat hendak membalas perbuatan Suka Sabda saat ia keluar dari rumah Satirta.
            Kesempatan itupun muncul.  Suka Sabda keluar dari rumah Satirta.  Jaka Lelana telah siap dengan pedangnya hendak memenggal kepala Suka Sabda.  Jaka Lelana segera mengayunkan pedangnya.  Namun, meleset.  Pedang itu tidak mengenai leher Suka Sabda, tetapi mengenai alat kelamin Suka Sabda.  Alat kelamin Suka Sabdapun terpotong.  Karena sakitnya, Suka Sabda berguling-guling (bergelimpangan).  Sekarang, tempat Suka Sabda bergelimpangan diabadikan menjadi sebuah nama dukuh, yaitu Dukuh Gelempang.
            Karena tidak dapat membunuh Suka Sabda, Jaka Lelana terus saja mengejar Suka Sabda.  Dia mengejar Suka Sabda hingga kuburnya.  Keduanyapun lenyap masuk ke bumi.  Kemudian, daerah itu dinamakan Dukuh Soka Sada.  Alat kelamin Suka Sabda yang terpotong tadi berubah menjadi batu yang berbentuk alat kelamin laki-laki.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar